Jakarta — Indonesia kembali menorehkan tonggak penting dalam sektor transportasi publik melalui peluncuran resmi Kereta Rel Listrik (KRL) buatan dalam negeri. Karya kolaboratif antara PT Industri Kereta Api (INKA) dan PT KAI Commuter ini menjadi simbol kemandirian industri nasional dalam menghadirkan solusi mobilitas massal yang ramah lingkungan dan efisien.
Proyek ini dirancang untuk mempercepat program substitusi impor di sektor transportasi, yang selama ini sangat tergantung pada pengadaan kereta dari luar negeri seperti Jepang dan Korea Selatan. KRL buatan Indonesia ini menjadi bukti nyata bahwa teknologi transportasi modern dapat dikembangkan dan diproduksi sepenuhnya oleh anak bangsa.
Secara teknis, rangkaian KRL tersebut menggunakan spesifikasi terkini yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat perkotaan: kabin lebih luas, sistem pengereman regeneratif, aksesibilitas yang lebih baik untuk difabel, serta penggunaan material ringan untuk efisiensi energi. Prototipe telah melalui serangkaian uji coba lintasan dan mendapat sertifikasi kelayakan operasi.
Peluncuran ini juga menandai dimulainya era baru bagi transportasi publik di Jabodetabek, dengan target penggantian kereta-kereta lama secara bertahap hingga 2030. Pemerintah menilai ini sebagai bentuk konkret dari hilirisasi industri yang selama ini didorong dalam sektor manufaktur nasional.
Pakar transportasi dari ITB, Darmaningtyas, menilai peluncuran KRL ini sebagai langkah strategis yang akan menginspirasi sektor transportasi darat lainnya. “Ini bukan hanya soal kereta, tapi juga tentang membangun ekosistem teknologinya dari hulu ke hilir,” ujarnya.
KRL ini juga digadang-gadang dapat memperluas pasar ekspor Indonesia untuk produk perkeretaapian, terutama ke negara-negara berkembang di kawasan Asia dan Afrika. PT INKA sendiri sudah menyatakan kesiapan untuk memproduksi secara massal apabila mendapat pesanan dari luar negeri.
Dengan peluncuran ini, Indonesia tidak hanya mengurangi ketergantungan impor, tapi juga menunjukkan bahwa inovasi teknologi dalam negeri bisa sejajar dengan standar global—dan bahkan menantangnya.