Swedia – Volvo Cars mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 3.000 karyawan secara global, sebagai bagian dari upaya efisiensi menyeluruh yang ditaksir bernilai Rp 30,61 triliun (18 miliar kronor Swedia). Pengumuman ini mempertegas dinamika tekanan biaya dan tarif yang kini dihadapi industri otomotif dunia.
Sebagian besar PHK akan terjadi di Swedia, mencakup 1.000 konsultan dan sekitar 1.200 karyawan tetap. Sisa pengurangan tenaga kerja akan menyasar pasar internasional, seiring restrukturisasi operasional Volvo di berbagai wilayah.
Menurut CEO Volvo Cars, Håkan Samuelsson, keputusan ini diambil sebagai respons strategis terhadap kondisi pasar yang berubah cepat dan tekanan ekonomi makro. “Kami perlu meningkatkan efisiensi struktural dan memperkuat arus kas,” ungkapnya.
Langkah ini tidak berdiri sendiri. Pada 29 April lalu, Volvo telah mengumumkan program efisiensi global yang meliputi pengurangan investasi dan revisi proyeksi keuangan untuk 2025 dan 2026. Panduan finansial perusahaan ditarik kembali karena ketidakpastian kebijakan perdagangan, khususnya dari Amerika Serikat.
Ancaman tarif 50% yang dilontarkan Presiden AS Donald Trump terhadap impor Uni Eropa memicu gejolak pasar, termasuk penurunan indeks otomotif Eropa. Meskipun kemudian ditunda hingga 9 Juli, ketidakpastian ini tetap menciptakan tekanan pada strategi manufaktur dan rantai pasok global.
Sebagai produsen global, Volvo sangat bergantung pada rantai pasokan lintas negara. Ketegangan dagang dan fluktuasi tarif memberi tekanan tambahan terhadap struktur biaya dan daya saing produk mereka.
Dalam konteks industri, langkah Volvo ini mencerminkan gelombang efisiensi yang makin umum di sektor otomotif, seiring transisi ke kendaraan listrik, disrupsi rantai pasok, dan tekanan biaya akibat geopolitik. Efisiensi bukan lagi pilihan—melainkan keharusan untuk bertahan dan berkembang.