share

Saham Perbankan Tertekan Akibat Sentimen Pasar, Prospek Jangka Panjang Masih Menjanjikan

March 11, 2025

JAKARTA — Koreksi tajam yang dialami saham perbankan dalam beberapa pekan terakhir menjadi sorotan utama di pasar modal Indonesia. Tekanan jual yang terus terjadi menimbulkan spekulasi di kalangan pelaku pasar mengenai arah industri perbankan ke depan. Namun, di balik volatilitas yang terlihat, pelaku industri menegaskan bahwa kondisi fundamental sektor ini masih tetap kokoh, menunjukkan bahwa tekanan yang terjadi lebih disebabkan oleh persepsi pasar dibandingkan dengan realitas bisnis yang sebenarnya.

Direktur Utama PT SMBC Indonesia Tbk., Henoch Munandar, menegaskan bahwa sentimen pasar menjadi faktor utama yang memicu pelemahan harga saham perbankan belakangan ini. Dalam sebuah pertemuan media di Jakarta, Senin (10/3), ia menyoroti bagaimana fluktuasi harga saham sering kali tidak mencerminkan kondisi nyata industri perbankan. Ia menyatakan bahwa dalam menilai kinerja sektor ini, investor perlu melihat aspek-aspek fundamental yang menjadi pilar utama dalam menentukan keberlanjutan bisnis dalam jangka panjang.

Henoch menjelaskan bahwa sektor perbankan Indonesia memiliki landasan yang cukup kuat, sebagaimana terlihat dari berbagai indikator keuangan. Rasio kecukupan modal masih berada dalam kisaran yang sehat, menunjukkan bahwa perbankan memiliki ketahanan yang cukup terhadap potensi guncangan ekonomi. Penyaluran kredit tetap tumbuh meskipun mengalami sedikit perlambatan, sementara rasio profitabilitas dan kualitas aset masih menunjukkan tren yang positif.

Menurutnya, tren penurunan harga saham yang terjadi saat ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh perubahan ekspektasi investor. Selama beberapa tahun terakhir, perbankan di Indonesia mengalami pertumbuhan yang luar biasa, dengan tingkat ekspansi kredit dan laba yang hampir selalu mencapai angka dua digit. Namun, seiring dengan kondisi makroekonomi yang berubah dan dinamika pasar yang lebih menantang, pertumbuhan tersebut mulai mengalami sedikit perlambatan. Hal ini kemudian memunculkan persepsi negatif di pasar, meskipun secara fundamental, sektor perbankan masih tetap berada dalam kondisi yang baik.

Henoch menilai bahwa persepsi pasar yang berlebihan terhadap perlambatan pertumbuhan bisa menjadi faktor utama di balik aksi jual yang terjadi di bursa saham. Ia menggarisbawahi bahwa dalam situasi seperti ini, investor seharusnya lebih berfokus pada fundamental yang tetap kuat dan tidak terpengaruh oleh volatilitas harga dalam jangka pendek. Menurutnya, sentimen negatif ini tidak mencerminkan kondisi industri yang sebenarnya, melainkan lebih kepada reaksi emosional pasar terhadap perubahan ekspektasi pertumbuhan.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa perbankan di Indonesia masih memiliki prospek jangka panjang yang menjanjikan. Dengan landasan keuangan yang kuat, perbankan tetap berada dalam posisi yang baik untuk menghadapi tantangan yang ada serta memanfaatkan peluang yang muncul di masa mendatang. Ia juga percaya bahwa dengan strategi adaptasi yang tepat, sektor ini akan tetap mampu memberikan pertumbuhan yang stabil dan berkelanjutan dalam beberapa tahun ke depan.

Dalam menghadapi situasi pasar yang bergejolak, Henoch menyarankan agar investor tidak hanya terpaku pada pergerakan harga saham dalam jangka pendek, tetapi juga melihat potensi jangka panjang yang masih sangat besar di sektor ini. Dengan fundamental yang tetap solid dan strategi bisnis yang terus berkembang, industri perbankan Indonesia diyakini akan mampu melewati periode ketidakpastian ini dan kembali mencatatkan kinerja yang positif di masa mendatang.