Pada Kamis pagi (29/8), rupiah kembali menunjukkan penguatan terhadap dolar AS, naik sebesar 7 poin atau 0,05% menjadi Rp15.415 per dolar AS. Sebelumnya, pada Rabu (28/8), rupiah berada di level Rp15.422 per dolar AS.
Menurut pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, penguatan ini didorong oleh ekspektasi pasar terhadap potensi pemangkasan suku bunga acuan AS pada bulan September mendatang. “Rupiah saat ini mendapat dorongan dari harapan pemangkasan suku bunga di AS yang diperkirakan akan memberikan tekanan lebih lanjut terhadap dolar AS,” jelas Ariston.
Para pelaku pasar tengah fokus pada data ekonomi AS yang akan dirilis, termasuk data Produk Domestik Bruto (PDB) dan Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) yang merupakan indikator utama inflasi. Kedua data ini diprediksi akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai kemungkinan pemangkasan suku bunga dan besarannya, yang diharapkan akan terus memberikan tekanan terhadap dolar AS dan mendukung penguatan rupiah.
Ariston menambahkan bahwa sentimen yang sedang berlangsung ini memberikan peluang bagi rupiah untuk terus menguat terhadap dolar AS dalam jangka pendek. Ia memperkirakan rupiah berpotensi menguat hingga Rp15.380 per dolar AS, dengan resistensi di sekitar Rp15.460 per dolar AS. Penguatan rupiah ini mencerminkan optimisme pasar terhadap kebijakan moneter global, di mana harapan akan pelonggaran kebijakan oleh Federal Reserve menjadi faktor pendorong utama. Sementara itu, rilis data ekonomi AS yang dinantikan akan memainkan peran penting dalam menentukan arah pergerakan mata uang global, termasuk rupiah.