share

Ray Kurzweil: Umat Manusia Akan Capai “Singularity” Dalam 20 Tahun ke Depan

July 6, 2025

Oleh: Professional Review

Ray Kurzweil, ilmuwan komputer dan futuris kenamaan asal Amerika Serikat, kembali menjadi perbincangan usai memperkuat prediksinya tentang momen teknologi besar: singularitas — ketika manusia dan mesin menyatu secara sistemik. Dalam bukunya yang terbit pada 2024 berjudul The Singularity is Nearer, Kurzweil menegaskan bahwa titik tersebut akan terjadi sebelum 2045.

Konsep singularitas sendiri merujuk pada kondisi ketika kecerdasan buatan (AI) mencapai atau melampaui kecerdasan manusia, dan akhirnya berpadu dengan kesadaran biologis melalui teknologi. Bagi Kurzweil, ini bukan sekadar wacana futuristik. Ia menargetkan bahwa artificial general intelligence (AGI) akan muncul pada tahun 2029, saat komputer mampu melakukan satu triliun kalkulasi per detik—standar yang dulu dianggap mustahil, namun kini berada dalam jangkauan.

Prediksi Kurzweil memang pernah menuai skeptisisme pada akhir 1990-an. Namun, dengan kemajuan pesat AI, komputasi kuantum, dan pengembangan antarmuka otak-mesin, argumen itu kini mendapatkan perhatian serius. Bahkan, tokoh-tokoh seperti Marcus du Sautoy dan Nick Bostrom dari Oxford pun mengakui bahwa bentuk hibrida antara manusia dan AI hampir tak terelakkan.

Dalam wawancara dengan The Guardian, Kurzweil menyebut bahwa kita akan mengalami peningkatan kecerdasan sejuta kali lipat berkat nanobot yang secara non-invasif mengalir di pembuluh darah kita dan menghubungkan otak dengan jaringan sibernetik. “Kita akan menjadi gabungan antara kecerdasan alami dan kecerdasan buatan,” ujarnya.

Namun, di balik prospek ini, timbul pertanyaan-pertanyaan besar: Apa dampaknya bagi pasar kerja? Bagaimana bentuk pemerataan akses teknologi? Apakah konsep kemanusiaan akan berubah secara fundamental? Salah satu solusi yang diusulkan Kurzweil adalah penerapan Universal Basic Income (UBI) untuk mengantisipasi disrupsi sosial akibat otomasi dan pengangguran struktural.

Lebih jauh, Kurzweil optimis bahwa manusia akan mencapai longevity escape velocity pada awal 2030-an, yaitu titik ketika kemajuan ilmu pengetahuan dapat memperpanjang umur manusia lebih cepat dari proses penuaan itu sendiri. “Mungkin bukan keabadian absolut, tetapi probabilitas kematian akan stagnan atau bahkan menurun dari tahun ke tahun,” jelasnya.

Meski pandangan Kurzweil terkesan utopis, ia dibangun dari fondasi logika, tren eksponensial teknologi, dan data kuantitatif. Ia memang bukan peramal, tapi pengamat sistem yang menggambarkan kemungkinan besar masa depan jika tren saat ini terus berlanjut.

Di tengah euforia AI dan transformasi digital, pertanyaan sejatinya bukan lagi “apakah singularitas akan terjadi?”, tapi “siapa yang akan siap ketika itu benar-benar datang?”