Setelah dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto menyampaikan pidato perdana yang mendapat banyak tanggapan positif dari berbagai kalangan. Salah satunya dari Mohammad Faisal, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CoRE) Indonesia, yang menilai pidato Prabowo sebagai cerminan kebutuhan mendesak bangsa. Fokus utama pidato tersebut menyentuh beberapa isu penting, seperti kedaulatan pangan, ketahanan energi, dan subsidi yang tepat sasaran—topik yang sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat ini.
Kedaulatan Pangan dan Tantangan Global
Faisal menyambut baik komitmen Prabowo dalam memperjuangkan kedaulatan pangan, sebuah konsep yang menempatkan kemampuan bangsa untuk mandiri dalam memproduksi kebutuhan pangan sebagai prioritas utama. Dalam konteks global yang semakin kompleks, ketahanan pangan menjadi sangat krusial. Pandemi COVID-19, perubahan iklim, dan gangguan rantai pasokan global menunjukkan betapa rentannya negara yang bergantung pada impor pangan. Oleh karena itu, kedaulatan pangan harus ditekankan tidak hanya dalam retorika, tetapi dalam kebijakan nyata yang terukur dan berkelanjutan.
Menurut Faisal, langkah-langkah yang diambil pemerintah harus mencerminkan pembelajaran dari kegagalan kebijakan di masa pemerintahan sebelumnya. “Tentu saja harus belajar dan lebih dari kesalahan implementasi kebijakan pada masa Jokowi dan presiden-presiden sebelumnya,” ujar Faisal. Pengalaman tersebut harus menjadi pijakan bagi pemerintahan baru untuk membangun kebijakan yang lebih kuat dan tepat guna, yang benar-benar bisa mendukung petani lokal serta mengurangi ketergantungan terhadap impor.
Ketahanan Energi: Lebih dari Sekadar Retorika
Selain kedaulatan pangan, ketahanan energi juga menjadi salah satu isu penting yang diangkat dalam pidato Presiden Prabowo. Dalam pandangan Faisal, ketahanan energi adalah isu strategis yang tidak bisa hanya diungkapkan dalam retorika tanpa implementasi nyata. Pemerintah perlu menerapkan cara-cara baru dan inovatif untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu tantangan utama adalah bagaimana memanfaatkan energi baru dan terbarukan (EBT) secara lebih efektif, mengingat potensi besar Indonesia di sektor ini.
Menurut Faisal, fokus pada energi terbarukan bukan hanya tentang diversifikasi sumber energi, tetapi juga tentang keberlanjutan jangka panjang. “Penting untuk memanfaatkan energi baru dan terbarukan (EBT),” tambahnya. Di tengah tekanan global terhadap perubahan iklim dan transisi energi, Indonesia memiliki kesempatan untuk menjadi pemimpin di kawasan dalam hal pengembangan energi bersih, namun dengan syarat bahwa kebijakan yang diambil harus dilandasi oleh komitmen yang kuat dan tidak sekadar janji politik.
Subsidi yang Tepat Sasaran: Kesejahteraan untuk Semua
Pidato Presiden Prabowo juga menyoroti pentingnya kebijakan subsidi yang tepat sasaran, sebuah langkah yang menurut Faisal sangat penting dalam upaya pemerintah untuk memastikan kesejahteraan masyarakat. Meski ada tekanan untuk mengurangi beban fiskal negara, Faisal mengingatkan bahwa subsidi bukanlah hal yang harus dihilangkan. Bahkan di negara-negara maju, subsidi tetap diberikan untuk memastikan masyarakat yang kurang mampu dapat bertahan.
Namun, tantangan terbesar dari kebijakan subsidi adalah memastikan agar bantuan benar-benar sampai kepada mereka yang membutuhkan. “Yang penting memang harus tepat sasaran, jangan sampai salah sasaran dan yang menikmati itu adalah orang-orang yang tidak semestinya mendapatkan,” ujar Faisal. Dalam pandangannya, subsidi yang tidak tepat sasaran akan menjadi pemborosan anggaran dan tidak efektif dalam menanggulangi masalah kemiskinan.
Faisal juga menekankan bahwa subsidi bukan sekadar soal memberikan bantuan, tetapi bagaimana kebijakan tersebut bisa menciptakan dampak positif yang luas dalam mengurangi ketimpangan sosial dan mendorong pembangunan yang inklusif. Pemerintah, oleh karena itu, harus memperhatikan sistem distribusi subsidi agar lebih transparan dan adil, sehingga benar-benar membantu kelompok masyarakat yang paling rentan.
Tantangan dan Peluang ke Depan
Pidato Presiden Prabowo mencerminkan aspirasi besar untuk membawa Indonesia menuju kemandirian di berbagai sektor strategis, mulai dari pangan, energi, hingga kesejahteraan sosial. Namun, tantangan untuk mewujudkan visi tersebut sangat besar. Diperlukan kebijakan yang terkoordinasi dengan baik, komitmen yang kuat dari seluruh elemen pemerintahan, dan, yang tak kalah penting, dukungan dari masyarakat dan sektor swasta.
Indonesia, sebagai negara dengan populasi besar dan sumber daya alam yang melimpah, memiliki potensi besar untuk mencapai kedaulatan pangan dan energi. Namun, potensi ini hanya bisa diwujudkan jika kebijakan yang diambil didasarkan pada pembelajaran dari masa lalu, didukung oleh teknologi inovatif, dan dilaksanakan dengan integritas. Presiden Prabowo, dalam pidato perdananya, telah menunjukkan kesadaran akan pentingnya hal-hal ini, dan masyarakat akan menantikan bagaimana visi tersebut diterjemahkan menjadi kebijakan yang nyata di lapangan.
Faisal dan banyak analis ekonomi lainnya berharap bahwa pemerintahan baru dapat membawa perubahan yang signifikan, tidak hanya dalam hal retorika tetapi juga dalam aksi nyata yang berdampak langsung pada kesejahteraan rakyat. Masa depan Indonesia berada di tangan kepemimpinan yang berani dan mampu mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menjawab tantangan global yang semakin kompleks.