share

Membangun Keuangan yang Kuat dengan Meneladani Nabi Muhammad dalam Bisnis dan Investasi

March 26, 2025

Jakarta – Ketidakpastian ekonomi bukanlah hal baru dalam perjalanan sejarah manusia. Bahkan, pada masa Nabi Muhammad SAW, krisis ekonomi pernah melanda wilayah Makkah dan Madinah akibat berbagai faktor, mulai dari konflik antarsuku, migrasi yang mengurangi jumlah tenaga kerja, hingga dominasi kelompok tertentu dalam sektor perdagangan. Situasi tersebut membuat banyak masyarakat terjebak dalam kemiskinan dan kesulitan memenuhi kebutuhan dasar mereka.

Menghadapi tantangan tersebut, Nabi Muhammad tidak hanya bertahan tetapi juga menemukan cara-cara inovatif dalam mengelola keuangan. Dengan kecerdasan finansial yang luar biasa serta prinsip bisnis yang berdasarkan pada nilai-nilai Islam, beliau membuktikan bahwa kesejahteraan ekonomi dapat dicapai dengan strategi yang tepat. Bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga untuk kesejahteraan masyarakat luas.

Dalam kajian The Rasulullah Way of Business (2021), Nabi Muhammad diketahui memiliki beberapa sektor usaha yang menjadi sumber penghasilannya, di antaranya peternakan, investasi tanah, dan properti. Sejak kecil, Nabi telah mengenal dunia peternakan dengan menjadi penggembala kambing. Keahlian ini kemudian beliau manfaatkan untuk membangun bisnis peternakan sendiri. Di wilayah Arab yang didominasi oleh padang pasir, peternakan merupakan salah satu bentuk usaha yang sangat menguntungkan karena hewan ternak memiliki nilai ekonomi yang tinggi, baik dari segi produksi susu, tenaga angkut, maupun perkembangbiakan.

Selain peternakan, Nabi Muhammad juga terlibat dalam bisnis properti dengan sistem bagi hasil atau mudharabah. Salah satu contohnya adalah penyewaan tanah kepada kaum Yahudi di Khaybar, di mana beliau memberikan izin bagi para pekerja untuk mengelola lahan tersebut dengan kesepakatan pembagian keuntungan. Model bisnis ini mencerminkan sistem ekonomi yang adil, di mana pemilik modal dan pekerja sama-sama mendapatkan manfaat dari hasil usaha yang dijalankan.

Kepercayaan menjadi faktor kunci dalam kesuksesan finansial Nabi Muhammad. Gelar Al-Amin yang beliau sandang mencerminkan betapa masyarakat sangat mempercayai integritas dan kejujurannya dalam berbisnis. Para pemodal tidak ragu untuk memberikan investasi kepada Nabi Muhammad karena mereka yakin bahwa modal tersebut akan dikelola dengan baik dan menghasilkan keuntungan yang adil. Kejujuran dan transparansi dalam transaksi keuangan ini menjadi prinsip utama dalam sistem ekonomi Islam yang diterapkan oleh beliau.

Namun, lebih dari sekadar mengejar keuntungan, Nabi Muhammad juga menunjukkan bahwa kekayaan harus dimanfaatkan untuk membantu sesama. Beliau tidak pernah menimbun harta untuk kepentingan pribadi, melainkan selalu berbagi dengan masyarakat yang membutuhkan. Sedekah menjadi bagian penting dari strategi keuangan Nabi Muhammad, karena Islam mengajarkan bahwa sebagian dari harta yang dimiliki seseorang merupakan hak bagi orang lain yang kurang beruntung.

Keberhasilan Nabi Muhammad dalam mengelola keuangan di tengah krisis ekonomi menjadi bukti bahwa strategi bisnis yang didasarkan pada nilai-nilai Islam mampu menciptakan kesejahteraan jangka panjang. Dengan pendekatan yang berfokus pada kejujuran, kemitraan yang adil, dan kepedulian sosial, beliau berhasil membangun sistem keuangan yang tidak hanya menguntungkan tetapi juga membawa manfaat bagi masyarakat luas. Prinsip-prinsip ini dapat menjadi inspirasi bagi siapa saja yang ingin mencapai stabilitas keuangan dan kesuksesan dalam dunia bisnis, bahkan di tengah tantangan ekonomi yang sulit.