Cibinong, Bogor – Pembangunan ekosistem industri bambu kini menjadi bagian dari strategi besar Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dalam mendorong transformasi ekonomi berbasis sumber daya lokal. Dalam kunjungan kerja ke Kabuyutan Bambu Muara Beres, Menteri Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan pentingnya membangun rantai pasok industri bambu secara terintegrasi.
Bambu dinilai memiliki nilai tambah tinggi dan multifungsi—mulai dari kerajinan, konstruksi, hingga bioindustri. Namun, pengembangannya membutuhkan pendekatan sistemik dari sisi hulu (budidaya) hingga hilir (inovasi produk dan pasar). Di sinilah peran kebijakan dan dukungan pemerintah menjadi sangat krusial.
Salah satu langkah konkret Kemenperin adalah menghadirkan Bamboo Academy, sebuah program pelatihan untuk membekali sumber daya manusia di sektor bambu dengan keterampilan teknis, desain, dan pemahaman pasar. Selain itu, pemerintah juga memberikan bantuan alat produksi kepada pelaku industri kecil dan menengah (IKM) serta fasilitasi desain produk.
Agus menyampaikan bahwa tantangan utama industri bambu ada pada ketersediaan bahan baku yang konsisten, kualitas hasil produksi, serta aspek standardisasi. Dalam konteks industri, ini berarti perlu adanya integrasi antara riset, inovasi teknologi, dan manajemen rantai pasok.
Dari perspektif pembangunan industri, strategi ini memperlihatkan pergeseran pendekatan dari sektor informal ke arah industrialisasi berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan visi hilirisasi nasional yang mengedepankan pemanfaatan potensi lokal untuk menghasilkan produk bernilai tambah tinggi.
Data menunjukkan bahwa Indonesia memiliki lebih dari 160 jenis bambu, menjadikannya salah satu negara dengan keragaman hayati bambu tertinggi di dunia. Namun sayangnya, komoditas ini masih kurang dimanfaatkan secara optimal di sektor industri.
Dengan mendorong kolaborasi antara pemerintah, komunitas bambu, akademisi, dan pelaku industri, Kemenperin berharap dapat menciptakan ekosistem industri bambu yang kuat, efisien, dan kompetitif—baik di pasar domestik maupun ekspor.