share

Matahari Akan Tutup 8 Gerai, Ini Analisis Penyebab dan Dampaknya

May 28, 2025

Matahari Akan Tutup 8 Gerai, Ini Analisis Penyebab dan Dampaknya

Jakarta — Industri ritel modern kembali mendapat sorotan setelah muncul kabar bahwa PT Matahari Departemen Store Tbk (LPPF) akan menutup delapan gerai dalam waktu dekat. Isu ini dibenarkan oleh Ketua Umum APINDO, Shinta Kamdani, yang menyebut penurunan daya beli sebagai penyebab utama langkah tersebut.

“Iya betul. Jadi retail ini juga,” kata Shinta saat ditemui di Balai Kota Jakarta pada Selasa (27/5/2025), merujuk pada kondisi sulit yang dialami sektor ritel, bahkan pada momentum Ramadan sekalipun. Menurutnya, permintaan tahun ini berada di titik terendah dibandingkan periode Ramadan dalam beberapa tahun terakhir.

Langkah penutupan gerai oleh Matahari bukanlah hal yang mengejutkan secara industri. Data menunjukkan bahwa tantangan struktural seperti pergeseran ke kanal digital, tingginya biaya operasional, dan preferensi konsumen yang berubah telah memaksa banyak ritel untuk merestrukturisasi jaringan toko fisik mereka.

Meski belum ada rincian lokasi dan waktu pasti penutupan delapan gerai tersebut, kabar ini menandai tekanan yang belum mereda dalam sektor perdagangan barang konsumsi. Pihak Matahari belum merespons permintaan konfirmasi dari media terkait rencana ini.

Di sisi lain, jika ditelaah lebih dalam, fenomena ini menjadi refleksi atas pola konsumsi masyarakat urban yang semakin pragmatis. Keputusan berbelanja kini lebih terpengaruh oleh nilai, kecepatan, dan kenyamanan — sebuah tantangan serius bagi model bisnis department store konvensional.

Penutupan ini juga bisa dilihat sebagai langkah efisiensi dalam menavigasi ketidakpastian makroekonomi. Dalam jangka pendek, langkah ini mungkin mengurangi beban biaya tetap. Namun dalam jangka panjang, strategi diversifikasi saluran distribusi dan digitalisasi akan menjadi kunci untuk keberlangsungan ritel tradisional.

Kesimpulannya, keputusan Matahari untuk menutup gerai perlu dipahami sebagai respon adaptif atas dinamika pasar, bukan semata-mata sebagai indikator kegagalan. Evaluasi menyeluruh terhadap lokasi, performa toko, dan kebiasaan konsumen menjadi penentu arah baru dalam lanskap ritel nasional.