share

Mahasiswa ITB Raih Juara 2 di Business Innovation Pitching Challenge Social Collider 2025

June 30, 2025

Oleh: Professional Review

Bandung – Inovasi dan kolaborasi lintas negara menjadi kunci keberhasilan Khurotul A’yunnina, mahasiswa Program Studi Teknik Pertambangan ITB, dalam meraih Juara 2 ajang Business Innovation Pitching Challenge yang diadakan oleh Social Collider, Singapura. Kegiatan yang mengusung format menyerupai hackathon ini menuntut peserta mengembangkan solusi kreatif dan orisinal dalam bidang kewirausahaan berbasis sosial.

Kompetisi ini tak hanya menjadi ajang unjuk inovasi, tapi juga medium pertukaran ide dan budaya antar-mahasiswa dari Indonesia dan Singapura. Salah satu nilai tambah dari kegiatan ini adalah kerja sama langsung antara peserta dari ITB dan National University of Singapore (NUS), memungkinkan terjadinya simulasi kerja tim internasional dalam waktu singkat namun intensif.

Bersama mahasiswa NUS, Nina — sapaan akrab Khurotul — membentuk tim “Berburu Cuan” dan mengembangkan sebuah aplikasi trading yang dirancang ramah bagi pemula, khususnya generasi muda. Aplikasi ini memiliki pendekatan gamifikasi serta risiko investasi rendah, mengadopsi model bisnis yang menarik: hanya mengambil 0,01% dari transaksi menguntungkan. Pendapatan juga akan ditunjang dari sponsorship dan iklan digital.

Menariknya, ide awal mereka tidak terkait dunia keuangan. Menurut Nina, rencana semula adalah membuat aplikasi penunjang minat dan bakat untuk mencegah mahasiswa “salah jurusan”. Namun, pivot ke ranah finansial dilakukan setelah mempertimbangkan kebutuhan yang lebih mendesak dan potensi dampak luas di Indonesia dan Singapura.

Presentasi akhir tim Berburu Cuan disampaikan pada 8 Februari 2025 di Meeting Point Ayer Rajah Crescent, Singapura. Dari ide hingga eksekusi, para juri menilai keunikan solusi, model bisnis berkelanjutan, dan kolaborasi tim lintas negara sebagai poin utama kemenangan mereka.

Dari sisi pengalaman, Nina mengungkapkan banyak belajar dari pola kerja mahasiswa NUS yang menurutnya “cekatan, profesional, tapi tetap hangat.” Ia pun mendorong mahasiswa Indonesia untuk keluar dari zona nyaman dan berani mengambil kesempatan yang memperluas perspektif global.

“Kompetisi seperti ini bukan hanya tentang menang, tapi tentang membuka cakrawala berpikir kita,” tutupnya.