Jakarta — Komitmen investasi senilai Rp294 triliun yang berhasil diraih dalam rangkaian kunjungan kerja Presiden Prabowo Subianto ke beberapa negara baru-baru ini menjadi bukti nyata tingginya kepercayaan investor asing terhadap prospek ekonomi Indonesia. Hal ini sekaligus mencerminkan potensi Indonesia sebagai destinasi investasi yang tetap menarik di tengah tantangan ekonomi global yang terus berkembang.
Analis Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji, menyatakan bahwa capaian tersebut bukan hanya menjadi sinyal positif bagi perekonomian nasional, tetapi juga menunjukkan posisi strategis Indonesia di mata dunia internasional. “Ini memberikan gambaran positif bahwa investor asing masih percaya pada kondisi perekonomian Indonesia, meski di tengah ketidakpastian global,” ujar Nafan dalam keterangannya pada Sabtu (23/11).
Kunjungan kerja Presiden Prabowo mencakup sejumlah agenda penting, termasuk pertemuan di Tiongkok, Amerika Serikat, dan Peru untuk menghadiri KTT APEC, serta di Brasil pada KTT G20. Tidak hanya itu, lawatan ke Inggris juga menjadi bagian dari rangkaian diplomasi ekonomi yang dirancang untuk memperkuat kerja sama investasi dengan berbagai negara.
Pendekatan yang dilakukan Presiden Prabowo dalam kunjungan ini mengusung strategi yang lebih komprehensif dengan melibatkan pengusaha Indonesia secara aktif. Nafan menilai langkah ini sebagai upaya mengintegrasikan skema government-to-business (G2B) di samping kerja sama antar pemerintah (government-to-government atau G2G) yang sudah lazim dilakukan. “Diplomasi ekonomi yang dijalankan oleh Presiden Prabowo memiliki dimensi strategis, baik dalam pendekatan single track maupun multitrack. Ini menjadi wujud komitmen nyata untuk mendorong sinergi antara pemerintah dan dunia usaha,” jelasnya.
Hasil nyata dari upaya ini adalah komitmen investasi dengan nilai yang melebihi ekspektasi awal. Menurut Nafan, angka Rp294 triliun ini dapat menjadi penggerak signifikan bagi pertumbuhan ekonomi domestik. “Presiden Prabowo menunjukkan komitmennya dalam mendorong ekonomi Indonesia untuk tetap stabil di angka 5%. Stabilitas ini menjadi elemen penting dalam menjaga kepercayaan investor, terlebih di tengah tantangan seperti ketidakpastian global, fragmentasi perdagangan, dan eskalasi geopolitik yang terus meningkat,” paparnya.
Tantangan global memang tidak dapat dihindari, namun Indonesia memiliki daya tarik tersendiri yang terus diperkuat melalui strategi diplomasi ekonomi yang progresif. Keputusan untuk melibatkan sektor swasta dalam upaya menarik investasi asing dinilai sebagai langkah tepat yang dapat menghasilkan dampak berkelanjutan. Melalui keterlibatan aktif ini, peluang terciptanya lapangan kerja baru, peningkatan pendapatan negara, dan perbaikan infrastruktur ekonomi menjadi lebih nyata.
Lebih lanjut, Nafan mengungkapkan bahwa stabilitas pertumbuhan ekonomi di angka 5% menjadi kunci dalam menarik lebih banyak investor. “Jika Indonesia mampu menjaga pertumbuhan ekonominya, hal ini akan memberikan sinyal kuat bagi investor global bahwa Indonesia adalah tempat yang aman dan menguntungkan untuk berinvestasi,” tambahnya.
Diplomasi ekonomi yang dilakukan tidak hanya memperkuat hubungan bilateral tetapi juga meningkatkan citra Indonesia di mata dunia sebagai negara yang proaktif dalam mencari solusi atas tantangan ekonomi global. Dengan komitmen investasi yang telah diperoleh, Indonesia menunjukkan bahwa ia tidak hanya siap menghadapi tantangan global tetapi juga memanfaatkannya sebagai peluang untuk terus berkembang.