share

Kecepatan Internet Asia Tenggara 2025: Indonesia Masih di Papan Bawah

September 18, 2025

Oleh: Professional Review

Jakarta – Laporan Speedtest Global Index Juli 2025 kembali menyoroti kesenjangan kualitas internet di Asia Tenggara. Indonesia, dengan jumlah pengguna internet yang terus bertambah, justru masih tertinggal di papan bawah dalam hal kecepatan unduh, baik untuk jaringan seluler maupun fixed broadband.

Untuk layanan seluler, Indonesia tercatat berada di peringkat 86 dunia dari 104 negara dengan kecepatan rata-rata unduh 42,85 Mbps. Angka ini terpaut jauh dari rata-rata global, yang mencapai 90,13 Mbps. Di tingkat regional, Indonesia menempati posisi ke-8 dari 9 negara ASEAN, hanya unggul tipis atas Laos yang mencatatkan 42,39 Mbps.

Sebaliknya, Brunei Darussalam, Singapura, dan Vietnam berada di jajaran teratas. Brunei memimpin dengan 176,83 Mbps, diikuti Singapura 158,59 Mbps dan Vietnam 151,69 Mbps. Ketiganya menunjukkan lompatan besar dalam investasi infrastruktur digital yang menopang daya saing regional.

Kondisi tidak jauh berbeda pada layanan fixed broadband. Dengan kecepatan rata-rata 38,20 Mbps, Indonesia menduduki peringkat 118 global sekaligus urutan kedua terbawah di Asia Tenggara, hanya lebih baik dari Myanmar (25,45 Mbps). Singapura kembali memimpin dengan catatan 386,96 Mbps, tertinggi di dunia, disusul Thailand (256,15 Mbps) dan Vietnam (250,45 Mbps).

Data ini memperlihatkan adanya ketimpangan yang cukup signifikan. Di satu sisi, negara-negara ASEAN lain berhasil memperkuat kapabilitas digital mereka, sementara Indonesia masih berjuang dengan keterbatasan infrastruktur, distribusi jaringan, dan kualitas layanan yang belum merata.

Bagi industri, kondisi ini menjadi tantangan strategis. Sektor-sektor yang bergantung pada konektivitas stabil—seperti fintech, e-commerce, hingga layanan cloud—akan sulit mencapai potensi optimal jika kecepatan internet terus berada jauh di bawah standar global.

Pemerintah dan penyedia layanan telekomunikasi di Indonesia telah menargetkan percepatan pembangunan jaringan fiber optic, perluasan 5G, serta peningkatan kualitas layanan di daerah non-perkotaan. Namun, realisasi dari rencana tersebut membutuhkan komitmen investasi besar dan kolaborasi lintas pemangku kepentingan.

Dengan jumlah pengguna internet yang telah melampaui 200 juta jiwa, peningkatan kualitas layanan digital bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan mendesak. Jika tidak segera dikejar, Indonesia berisiko tertinggal lebih jauh dalam peta daya saing digital Asia Tenggara.