Hong Kong — Di tengah tren pelemahan harga properti global, Hong Kong tetap mempertahankan posisinya sebagai kota termahal di dunia untuk membeli rumah, menurut laporan terbaru Deutsche Bank Research Institute dalam Mapping the World’s Prices – 2025. Rata-rata harga apartemen di pusat kota tercatat sebesar US$25.946 per meter persegi, meskipun telah mengalami penurunan sekitar 20% dari puncaknya pada 2020.
Posisi berikutnya ditempati oleh Zurich (US$23.938) dan Singapura (US$22.955), menandai dominasi kota-kota pusat keuangan global dalam kategori harga perumahan tertinggi. Kendati demikian, laporan tersebut menyoroti bahwa tingginya harga properti tidak selalu berbanding lurus dengan kualitas hidup secara keseluruhan. Hong Kong sendiri hanya menempati peringkat ke-48 dalam aspek kualitas hidup.
Secara paralel, pasar sewa menunjukkan dinamika yang berbeda. New York menduduki peringkat pertama dalam harga sewa dengan tarif rata-rata untuk apartemen tiga kamar mencapai US$8.388 per bulan. Hong Kong berada di posisi ke-7, dengan harga sewa US$4.807 per bulan, di bawah Singapura, Boston, London, San Francisco, dan Zurich.
Tren ini konsisten dengan laporan sebelumnya dari Knight Frank dalam The Wealth Report 2025, yang menyatakan bahwa Hong Kong tetap menjadi salah satu pasar utama untuk transaksi properti super-prime (di atas US$10 juta). Tercatat sebanyak 166 transaksi pada kategori ini sepanjang 2024.
Daya tarik Hong Kong di pasar properti ultra-mewah tidak terlepas dari posisi strategisnya sebagai pusat keuangan internasional serta pasokan lahan yang terbatas. Faktor-faktor ini mempertahankan permintaan kuat atas aset ikonik, menjadikan properti sebagai bagian penting dari portofolio investasi global.
Sebagai perbandingan, dengan anggaran US$1 juta, pembeli hanya dapat memperoleh sekitar 22 meter persegi properti kelas atas di Hong Kong. Di Singapura, untuk nominal yang sama, ruang yang bisa didapatkan mencapai 32 meter persegi, menegaskan tingginya premium properti di Hong Kong.
Kendati ada tekanan dari sisi harga dan sewa, posisi Hong Kong sebagai pasar properti eksklusif belum tergeser, sekaligus mencerminkan dinamika antara fundamental ekonomi makro, kebijakan tata ruang, dan ekspektasi investor global terhadap properti sebagai aset lindung nilai.