Jakarta — Nama Dian Wahyu Utami, atau lebih dikenal sebagai Dian Pelangi, sudah lama identik dengan inovasi busana muslim modern. Lahir di Palembang pada 14 Januari 1991, Dian tumbuh dalam keluarga pengusaha garmen di Pekalongan. Latar belakang ini membentuk fondasi kuat bagi kariernya di industri mode.
Setelah menempuh pendidikan di École Supérieure des Arts et Techniques de la Mode (ESMOD), Dian diminta orang tuanya untuk melanjutkan bisnis butik keluarga. Dengan kreativitasnya, ia melakukan transformasi besar: menghadirkan desain busana muslim yang lebih modern, penuh warna, dan sesuai tren global.
Langkah berani ini membuahkan hasil. Dian tampil di berbagai panggung internasional, mulai dari Jakarta Fashion Week 2009, London – Indonesia is Remarkable 2010, hingga New York Fashion Week 2014 dan Paris Fashion Week 2017. Namanya juga masuk dalam daftar 500 desainer berpengaruh dunia versi Business of Fashion (2015) dan Forbes 30 Under 30 Asia (2018).
Selain sebagai desainer, Dian juga dikenal sebagai founder Hijaber Community, penulis buku Hijab Street Style, serta pemilik butik di Abu Dhabi, Kuala Lumpur, dan Singapura. Karyanya bukan hanya soal estetika, tetapi juga tentang identitas, keberanian, dan diplomasi budaya.
Kini, Dian Pelangi menjadi simbol generasi kreatif Indonesia yang mampu menembus pasar global dengan tetap berakar pada nilai lokal. Perjalanan kariernya menunjukkan bahwa industri fashion muslim Indonesia bukan sekadar tren domestik, melainkan bagian dari percaturan mode dunia.
