share

BRICS Gandeng 4 Negara ASEAN: Apa Dampaknya bagi Ekonomi Regional?

June 23, 2025

Oleh: Professional Review

Jakarta – Bergabungnya empat negara ASEAN—Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam—ke dalam BRICS sebagai mitra strategis membuka babak baru dalam lanskap ekonomi dan geopolitik Asia Tenggara. Meski belum berstatus anggota penuh, posisi “mitra” dalam blok ekonomi ini tetap membawa implikasi jangka panjang bagi arah kebijakan dan konektivitas global negara-negara tersebut.

BRICS, yang kini menyumbang hampir 28% dari PDB global, telah lama dipandang sebagai penyeimbang dominasi Barat dalam tatanan ekonomi dunia. Ekspansi keanggotaan melalui kategori mitra menandai strategi baru blok ini untuk memperluas pengaruhnya di wilayah Global Selatan, termasuk Asia Tenggara yang selama ini memiliki posisi strategis dalam rantai pasok global dan dinamika perdagangan lintas kawasan.

Bagi Indonesia dan negara ASEAN lainnya, keanggotaan sebagai mitra bukan sekadar simbol diplomatik. Ada potensi riil dalam bentuk peningkatan kerja sama ekonomi lintas kawasan, diversifikasi pasar ekspor, dan percepatan integrasi dengan pasar non-tradisional seperti Rusia, Brasil, atau Afrika Selatan. Hal ini relevan dengan agenda negara-negara ASEAN untuk mengurangi ketergantungan pada pasar utama tradisional seperti AS dan Uni Eropa.

Menurut Menteri Ekonomi Malaysia Rafizi Ramli, kerja sama ini sejalan dengan upaya negara untuk memperkuat infrastruktur, membuka akses pasar baru, dan memperluas jaringan diplomasi ekonomi. Dalam perspektif Indonesia, Menteri Luar Negeri Sugiono menyebut langkah ini sebagai implementasi dari prinsip politik luar negeri bebas aktif — membuka ruang dialog multilateral tanpa komitmen politik blok.

Dari sisi pelaku industri, langkah ini memberi sinyal kuat bahwa ASEAN mulai mengadaptasi pola aliansi baru, berbasis kepentingan pragmatis. Bagi sektor swasta, terbuka peluang eksplorasi kerja sama B2B, joint venture, hingga inovasi teknologi yang melibatkan negara-negara BRICS. Di sisi lain, perusahaan lokal dituntut untuk lebih adaptif dan kompetitif dalam menjajaki pasar non-konvensional.

Namun demikian, sejumlah tantangan tetap ada. Ekspor ASEAN ke anggota BRICS selain Tiongkok masih terbilang kecil. Hal ini menunjukkan bahwa meski potensi besar, optimalisasi kerja sama membutuhkan diplomasi dagang yang agresif serta penguatan daya saing produk dalam negeri.

Langkah BRICS menggandeng ASEAN juga mengindikasikan pergeseran tatanan global menuju sistem multipolar, di mana aliansi berbasis isu dan kepentingan ekonomi akan lebih dominan ketimbang blok ideologis. Dalam konteks ini, kejelian negara dan pelaku industri dalam membaca arah ini menjadi kunci untuk bertahan dan berkembang di masa transisi global.