Jakarta — Demonstrasi robot humanoid yang berbaris layaknya pasukan militer di China memicu perdebatan global. Publik mempertanyakan arah pengembangan teknologi ini, apakah sekadar inovasi atau ancaman bagi keamanan internasional.
Dari perspektif analitis, robot humanoid yang mampu bergerak seragam menunjukkan kemajuan signifikan dalam sistem kontrol, sensor, dan kecerdasan buatan. Teknologi ini menandai lompatan besar dalam integrasi robotik untuk aplikasi skala besar.
Namun, kehadiran “pasukan robot” menimbulkan pertanyaan etis. Apakah teknologi ini akan digunakan untuk tujuan sipil seperti manufaktur dan logistik, atau justru diarahkan ke ranah militer?
Pengamat menilai bahwa demonstrasi tersebut adalah bentuk unjuk kekuatan teknologi. China ingin menunjukkan kapabilitasnya dalam mengembangkan robot humanoid yang dapat beroperasi secara kolektif, menyerupai disiplin militer.
Risiko keamanan juga menjadi sorotan. Jika teknologi ini dimanfaatkan untuk operasi militer, maka akan muncul tantangan baru dalam hukum internasional dan tata kelola penggunaan robot bersenjata.
Kesimpulannya, robot humanoid China bukan sekadar inovasi teknis. Ia adalah simbol perdebatan global tentang batas etika, keamanan, dan masa depan integrasi teknologi dalam kehidupan manusia.
