Jakarta, Indonesia — Bekerja di bawah atasan yang perfeksionis dan mengontrol setiap detail bisa menjadi tantangan besar. Namun, menurut pakar karier dan eksekutif coach Melody Wilding, situasi ini bukan akhir dari produktivitas. Dengan strategi yang tepat, hubungan kerja tetap bisa berjalan sehat sekaligus memberi ruang bagi karyawan untuk berkembang.
Pertama, gunakan pendekatan rough draft. Alih-alih menunggu hasil sempurna, tunjukkan draf awal agar atasan merasa dilibatkan sejak awal. Cara ini menghemat energi sekaligus memberi ruang untuk masukan yang konstruktif.
Kedua, perkuat otoritas atasan. Ungkapkan ide dengan kalimat seperti, “Keputusan akhir ada di tangan Anda,” atau ajukan gagasan dalam bentuk pertanyaan. Pendekatan ini membuat atasan merasa tetap memegang kendali, sekaligus membuka ruang diskusi.
Ketiga, biasakan oversharing informasi. Kirimkan ringkasan rencana mingguan atau kabari jika ada keterlambatan. Walau tampak sepele, langkah ini mengurangi potensi teguran karena dianggap kurang transparan.
Keempat, antisipasi kritik dengan proaktif. Sampaikan rencana kerja sebelum dieksekusi, lalu gunakan teknik “yes, and…” saat menerima koreksi. Dengan begitu, masukan atasan tetap dihargai, namun ide pribadi juga tersampaikan.
Kelima, jangan ragu meminta apresiasi. Tanyakan secara terbuka apa yang sudah berjalan baik, bukan hanya fokus pada kekurangan. Hal ini membantu menjaga motivasi sekaligus memperkuat komunikasi dua arah.
Wilding menegaskan, kunci menghadapi atasan perfeksionis adalah keseimbangan antara menghormati otoritas dan menjaga ruang profesional. Dengan strategi ini, karyawan tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga berpotensi tumbuh lebih cepat dalam karier.
Pada akhirnya, bekerja dengan atasan yang menuntut detail bisa menjadi peluang belajar. Mereka yang mampu mengelola dinamika ini dengan cerdas akan memiliki keunggulan kompetitif di dunia kerja yang semakin kompleks.
