Tahun 2026 bukan masa yang mudah bagi para pelaku usaha. Laju konsumsi melambat, daya beli masyarakat tertekan, dan banyak bisnis berjuang keras hanya untuk bertahan. Namun di balik situasi yang tampak suram itu, muncul satu fenomena menarik: personal branding justru semakin bernilai tinggi.
Menurut GP Herry Saputro, penulis buku Provokator Mind dan penggagas GP Talk, kondisi seperti ini bukan akhir dari peluang, melainkan awal dari seleksi alam bisnis yang sesungguhnya.
“Dalam masa sulit, orang tidak lagi mencari siapa yang paling murah, tapi siapa yang paling bisa dipercaya,” ujarnya tegas.Ketika Ekonomi Lesu, Kepercayaan Jadi Komoditas Utama
Data makroekonomi menunjukkan perlambatan di berbagai sektor. Namun bagi Herry, tren ini menegaskan satu hal penting: bisnis tidak hanya berbicara tentang angka, melainkan tentang persepsi dan kredibilitas.
“Kepercayaan itu seperti emas di masa krisis,” katanya. “Nilainya justru melonjak ketika keadaan tidak pasti. Orang lebih nyaman membeli dari figur yang mereka kenal—dari brand yang punya wajah dan rekam jejak.”Karena itu, semakin banyak pengusaha dan profesional yang kini serius membangun personal branding: tampil di media, mengikuti penghargaan, hingga menulis buku.
“Bukan karena ingin terkenal,” ujar Herry, “tapi karena ingin dipercaya.”Daya Beli Turun, Daya Pilih Naik
Herry menyebut fenomena ini sebagai consumer consciousness shift—pergeseran kesadaran konsumen.
“Ketika uang terbatas, orang berpikir dua kali sebelum membeli. Keputusan akhir tidak lagi semata rasional, tapi emosional. Mereka memilih berdasarkan siapa yang dianggap tulus, jujur, dan punya reputasi,” jelasnya.Di titik inilah personal branding menjadi investasi dengan nilai pengembalian jangka panjang.
“Produk bisa berubah, pasar bisa turun, tapi reputasi pribadi akan terus memberi daya jual,” tegasnya.Personal Branding: Kekuatan Tersembunyi di Era Ekonomi Ketat
GP Herry Saputro menekankan bahwa personal branding bukan soal pencitraan.
“Ini bukan tentang memoles diri, tapi memperkuat keaslian dan konsistensi,” ujarnya. “Kalau Anda memang berintegritas, biarkan dunia melihatnya.”Ia membagikan tiga langkah utama untuk membangun personal branding yang kuat di tengah ekonomi yang menantang:
1. Tampil di Media Profesional
Publikasi media memberikan validasi sosial yang tak tergantikan. Ketika nama seseorang muncul dalam artikel atau wawancara di media kredibel, publik otomatis memberi nilai lebih.
“Satu artikel di media bisa mengubah persepsi lebih cepat dari seratus posting di media sosial pribadi,” ungkap Herry.2. Ikut Program Penghargaan (Award Recognition)
Penghargaan adalah bukti eksternal yang memperkuat posisi seseorang di mata publik.
“Award itu seperti sertifikat sosial,” jelasnya. “Bukan soal trofi, tapi pengakuan bahwa kerja keras dan kontribusi kita dihargai oleh pihak independen.”3. Menulis Buku atau Kisah Inspiratif
Buku adalah simbol kedalaman berpikir dan ketulusan berbagi.
“Menulis buku membuat Anda naik kelas,” katanya. “Anda bukan hanya pelaku bisnis, tapi juga pemimpin ide.”Dari Brand ke Figur: Koneksi yang Lebih Manusiawi
Herry menyoroti perubahan strategi banyak perusahaan besar yang kini beralih fokus dari corporate brand ke personal figure.
“Konsumen lebih mudah percaya pada manusia daripada pada logo,” ujarnya. “Mereka ingin tahu siapa sosok di balik brand itu—siapa yang memimpin dan menginspirasi.”Karena itu, di tengah lemahnya daya beli, brand yang memiliki wajah manusiawi justru bertumbuh.
“Brand kuat selalu dimulai dari sosok yang berani tampil,” tambahnya.Dari Pengakuan ke Keberlanjutan
Dalam situasi ekonomi ketat, banyak bisnis memilih memangkas biaya promosi. Padahal, menurut Herry, promosi justru bisa menjadi penyelamat.
“Jangan berhenti tampil,” pesannya. “Karena yang diam akan dilupakan.”Ia menegaskan bahwa penghargaan, media exposure, dan karya tulis bukan hanya alat promosi, tetapi cara menjaga trust capital—modal kepercayaan yang menentukan keberlanjutan bisnis.
“Di 2026, reputasi adalah aset yang tidak bisa dibeli dengan uang,” ujarnya. “Tapi bisa dibangun dengan konsistensi.”Refleksi: Waktu Terbaik untuk Tampil Adalah Saat Orang Lain Takut
Menutup perbincangan, Herry menyampaikan kalimat yang menggugah:
“Ketika orang lain bersembunyi karena takut situasi sulit, di situlah panggung kosong menunggu Anda. Tampil, berbicara, tunjukkan nilai Anda. Karena personal branding bukan sekadar strategi—itu bentuk keberanian.”Lalu ia menambahkan filosofi yang menjadi napas GP Talk:
“Krisis tidak membunuh bisnis. Krisis hanya menguji siapa yang benar-benar punya makna.”
