share

Berapa Kekayaan yang Dianggap “Crazy Rich”? Ini Standar dan Strategi Finansialnya

June 29, 2025

Oleh: Professional Review

Jakarta – Istilah “crazy rich” kerap diasosiasikan dengan kemewahan berlebih: kapal pesiar, jam tangan mewah, dan kehidupan bebas finansial. Namun secara ekonomi, definisi “orang kaya” jauh lebih kompleks dan berbasis pada data yang terukur.

Menurut Pew Research Center, seseorang baru tergolong sebagai kelompok berpenghasilan atas jika pendapatan dan asetnya melampaui mayoritas penduduk dalam wilayahnya, dengan mempertimbangkan ukuran rumah tangga. Maka, “kaya” bukan sekadar memiliki uang lebih, tapi juga soal posisi relatif terhadap masyarakat sekitar.

Secara global, indikator kekayaan bisa sangat bervariasi tergantung lokasi. Kepemilikan mobil mungkin hal biasa di negara maju, namun menjadi simbol kemakmuran di India atau China—yang masing-masing hanya mencatat kepemilikan mobil pribadi di bawah 25% populasi. Ini menunjukkan bahwa “status ekonomi” punya nuansa lokal yang kuat.

Standar kuantitatif pun mulai dirumuskan oleh sejumlah survei. Laporan Charles Schwab menunjukkan bahwa warga Amerika Serikat pada 2025 menganggap seseorang tergolong “kaya” jika memiliki kekayaan bersih sebesar US$ 2,5 juta (sekitar Rp41 miliar), naik 14% dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah ini mencerminkan naiknya standar hidup dan ekspektasi terhadap stabilitas finansial jangka panjang.

Namun, dalam konteks kesejahteraan psikologis, studi dari University of Pennsylvania menunjukkan bahwa pendapatan memang berkorelasi positif dengan kebahagiaan—namun efek tersebut cenderung stagnan setelah melewati batas US$ 100.000 per tahun. Artinya, kekayaan material memiliki batas manfaat emosional.

Bagi individu yang ingin membangun kekayaan dengan pendekatan rasional dan terukur, sejumlah strategi penting dapat diterapkan. Dimulai dari perencanaan warisan, menghindari utang berbunga tinggi, hingga memanfaatkan kekuatan bunga majemuk melalui investasi jangka panjang.

Selain itu, relokasi ke wilayah dengan biaya hidup lebih rendah namun pendapatan tetap tinggi juga menjadi strategi finansial yang banyak disarankan dalam literatur keuangan pribadi. Ini membuka ruang surplus dalam arus kas yang dapat dialokasikan ke instrumen aset produktif seperti saham, properti, atau obligasi.

Lebih jauh lagi, meningkatkan pendapatan aktif melalui negosiasi gaji dan pengembangan keahlian juga terbukti lebih efektif dibanding sekadar menunggu kenaikan rutin. Kenaikan gaji tahunan sebesar 3% sering kali tertinggal dibanding laju inflasi dan biaya hidup yang meningkat.

Kesimpulannya, menjadi kaya secara ekonomi adalah proses yang dapat dicapai melalui perencanaan cermat, keputusan finansial yang disiplin, serta pemanfaatan waktu sebagai aset utama. Kategori “crazy rich” bukan lagi mimpi eksklusif, melainkan target yang dapat didekati dengan pendekatan sistematis dan berbasis data.