Jakarta — Majalah Fortune baru saja merilis daftar 100 Most Powerful Women in Asia 2025, dan lima pemimpin bisnis asal Filipina berhasil masuk dalam jajaran bergengsi tersebut. Kehadiran mereka menegaskan bahwa perempuan Asia Tenggara kini semakin diakui sebagai penggerak utama ekonomi regional.
Siapa Saja yang Masuk Daftar
Lima nama yang diakui antara lain:
- Martha Sazon – CEO Mynt (operator GCash), pionir dalam layanan keuangan digital.
- Lourdes Gutierrez-Alfonso – CEO Megaworld, memimpin salah satu konglomerat properti terbesar di Filipina.
- Zenaida Rustia-Tantoco – Chairperson Rustan’s Group, ikon ritel dan gaya hidup.
- Sharon Dayoan – Country Managing Partner KPMG Philippines, tokoh penting di bidang audit dan konsultansi.
- Monique Villa – CEO Ayala Healthcare Holdings, berperan dalam memperluas akses layanan kesehatan.
Signifikansi Regional
Masuknya lima pemimpin Filipina ini menunjukkan pergeseran lanskap kepemimpinan Asia, di mana perempuan tidak hanya hadir di sektor tradisional, tetapi juga di fintech, properti, kesehatan, dan jasa profesional. Hal ini memperkuat posisi Filipina sebagai salah satu negara dengan representasi perempuan tertinggi di tingkat eksekutif di kawasan.
Refleksi Profesional
Bagi kalangan profesional, daftar ini menjadi cermin penting tentang bagaimana kekuatan kepemimpinan kini diukur: bukan hanya dari ukuran perusahaan, tetapi juga dari kemampuan beradaptasi, inovasi, dan dampak sosial. Keberhasilan para pemimpin Filipina ini menegaskan bahwa diversitas gender bukan sekadar simbolis, melainkan strategi bisnis yang nyata.
Implikasi Lebih Luas
Fenomena ini juga memberi inspirasi bagi negara‑negara ASEAN lain, termasuk Indonesia, untuk terus mendorong inklusivitas dalam kepemimpinan. Dengan semakin banyak perempuan yang menduduki posisi strategis, perusahaan dapat lebih responsif terhadap perubahan pasar dan kebutuhan masyarakat.
Kesimpulan
Daftar Fortune 2025 ini menegaskan bahwa kekuatan perempuan dalam bisnis Asia semakin tak terbantahkan. Lima pemimpin Filipina yang masuk daftar bukan hanya representasi nasional, tetapi juga simbol dari transformasi kepemimpinan di Asia
