New Delhi — Kecerdasan buatan (AI) semakin menjadi penggerak utama transformasi industri dan kehidupan masyarakat di India. Pada 2025, perkembangan AI di negara ini ditopang oleh kolaborasi lintas sektor, mulai dari pembuat kebijakan, peneliti akademik, hingga pendiri startup dan teknolog. Analytics India Magazine merilis daftar tokoh yang bukan hanya menghadirkan inovasi mutakhir, tetapi juga menyusun strategi nasional serta kerangka etika.
Di bidang kebijakan dan tata kelola, Abhishek Singh dari IndiaAI Mission memimpin inisiatif sovereign LLM senilai USD 1,2 miliar melalui platform AIKosh. Menteri Ashwini Vaishnaw aktif mendorong kemandirian model bahasa dan standar keamanan AI. Amitabh Kant, G20 Sherpa India, menjadi arsitek strategi AI pertama negara ini dengan platform AIRAWAT. Sementara itu, Debjani Ghosh menekankan pentingnya AI yang inklusif dan beretika, dan Piyush Goyal mengintegrasikan teknologi AI dalam sistem logistik serta perlindungan kekayaan intelektual.
Kontribusi dunia akademik dan riset juga signifikan. Balaraman Ravindran dari IIT Madras dikenal sebagai pionir reinforcement learning dan AI bertanggung jawab. Mitesh Khapra melalui AI4Bharat menghadirkan IndicTrans2 yang menopang misi Bhashini. Mausam dari IIT Delhi menonjol sebagai pakar NLP sekaligus kontributor kebijakan, sedangkan Ganesh Ramakrishnan dari IIT Bombay memimpin BharatGen untuk pengembangan AI multibahasa.
Sektor startup menjadi arena inovasi yang tak kalah penting. Bhavish Aggarwal lewat Krutrim membangun chip AI pertama India dan asisten multibahasa. Pratyush Kumar dari Sarvam AI mengembangkan LLM berbasis suara untuk bahasa-bahasa India. Ankush Sabharwal menghadirkan BharatGPT melalui CoRover, sementara Ashutosh Singh mendirikan RevRag.AI untuk agen suara di sektor fintech. Ritwika Chowdhury dengan Unscript.ai fokus pada kreasi video bertenaga AI bagi merek.
AI juga menyentuh sektor kesehatan dan dampak sosial. Dr Charit Bhograj dari Tricog Health memanfaatkan AI untuk diagnostik jantung. Madhav Krishna lewat Vahan AI membantu pencocokan kerja bagi pekerja informal. Laina Emmanuel dari Brainsight AI mengembangkan solusi diagnostik neuropsikiatri berbasis AI.
Tak kalah penting, ekosistem AI India diperkuat oleh riset infrastruktur dan deep tech. V Kamakoti dari IIT Madras memimpin pengembangan mikroprosesor SHAKTI dan reformasi kurikulum AI. Urbasi Sinha dari Raman Research Institute menonjol dalam komunikasi kuantum bersama ISRO. L Venkata Subramaniam dari IBM berkontribusi dalam sistem neuro-symbolic dan AI kuantum.
Deretan tokoh ini menunjukkan bahwa masa depan AI India dibangun di atas fondasi kolaborasi antara inovasi teknologi, kebijakan publik, serta keberpihakan pada nilai inklusi dan etika. Dengan sinergi lintas sektor, India dipandang semakin siap menjadi kekuatan global di bidang kecerdasan buatan.
