Johannesburg – Data terbaru menunjukkan Afrika tetap menjadi salah satu pemain utama dalam ekspor tembaga dunia. Namun, distribusi nilai ekspor tidak merata. Sepuluh negara teratas menguasai hampir seluruh pangsa, sementara 42 negara lainnya hanya menyumbang 2 persen dari nilai ekspor tembaga benua tersebut.
Posisi teratas ditempati Republik Demokratik Kongo (DRC) dengan nilai ekspor sebesar US$19,8 miliar. Angka ini lebih dari dua kali lipat dibanding Zambia yang berada di posisi kedua dengan US$7,6 miliar. Kedua negara ini menjadikan komoditas tembaga sebagai tulang punggung utama perekonomian nasional mereka.
Di peringkat ketiga, Tanzania mencatatkan ekspor senilai US$2,2 miliar, disusul Kongo-Brazzaville dengan US$1,3 miliar, serta Afrika Selatan sebesar US$1,1 miliar. Kelima negara tersebut menjadikan Tiongkok sebagai pasar utama, mencerminkan tingginya permintaan industri manufaktur dan energi Negeri Tirai Bambu terhadap tembaga Afrika.
Negara lain yang masuk daftar adalah Libya (US$913 juta), Mesir (US$905 juta), Namibia (US$429 juta), Maroko (US$376 juta), dan Nigeria (US$366 juta). Meskipun nilainya lebih kecil dibanding DRC atau Zambia, peran negara-negara ini tetap penting bagi rantai pasok global.
Secara global, Afrika menyumbang 15,3 persen dari total ekspor tembaga dunia. Angka tersebut masih tertinggal dari Asia (31,6 persen) dan Eropa (31,4 persen). Kondisi ini menegaskan bahwa meski kaya sumber daya mineral, kontribusi Afrika dalam rantai nilai global masih terbatas.
Salah satu tantangan terbesar adalah keterbatasan kapasitas pemurnian dan produksi dalam negeri. Sebagian besar pengolahan tembaga masih dilakukan di luar benua, seringkali oleh entitas asing, sehingga nilai tambah yang didapat negara pengekspor sangat minim.
Ke depan, pertumbuhan permintaan tembaga dari industri kendaraan listrik dan energi bersih akan membuka peluang besar bagi Afrika. Namun, keputusan ada di tangan pemerintah masing-masing negara: apakah akan terus menjadi pemasok bahan mentah, atau berinvestasi pada pengolahan dan manufaktur demi mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang.